Peluang Radio Dibalik Kehadiran Podcast
aurisa
Radio telah muncul di Indonesia sejak tahun 1945. Itu artinya hingga kini radio sudah berdiri lebih dari 65 tahun. Selama berpuluh-puluh tahun, media lain muncul dengan perkembangan yang sangat pesat. Televisi misalnya, yang pada awal kemunculannya langsung dianggap sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup radio. Namun prediksi tersebut terbantahkan karena sampai saat ini radio terbukti dapat menjaga eksistensinya di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri dalam keberjalanannya radio masih tersendat-sendat.
Persaingan dalam dunia media semakin sengit ketika kemudian podcast mulai masuk ke Indonesia di tahun 2012. Hadir dalam format yang sama yakni audio, podcast kerap kali disinyalir akan mematikan radio dan merebut segmentasi pendengarnya. Jika radio tidak peka terhadap fitur serta karakteristik podcast maka ancaman tersebut bisa saja terjadi. Sehingga yang harus digaris bawahi disini adalah radio perlu memahami lebih dalam mengenai podcast. Berbagai fitur yang lebih unggul bisa diadaptasi dalam radio, sedangkan kelemahan podcast juga harus bisa diatasi olehnya.
Radio bisa menjadikan perkembangan podcast sebagai peluang apabila turut serta beradaptasi, mengikuti perkembangan zaman, dan menyesuaikan diri dengan segala perubahan tren yang terjadi. Penyesuaian tersebut bisa ditunjukan dengan adanya website online serta aplikasi yang melayani radio streaming. Bisa juga dengan mengusahakan adanya format radio non streaming yang bisa diunduh serta didengarkan kapanpun dan dimanapun. Selain itu radio juga bisa memanfaatkan media sosial untuk memasarkan program-program siaran.
Maraknya penggemar podcast sebenarnya menandakan bahwa konten audio masih memiliki peminat. Jika pendengar beralih dari radio ke podcast maka kesalahan utama terletak pada konten yang mungkin kurang sesuai dengan minat serta kebutuhan pasar. Salah satu keunggulan podcast yang bisa menarik minat pendengar adalah karena kontennya yang beragam. Hal ini berbanding terbalik dengan radio yang program siarannya memiliki pembahasan yang sempit. Mayoritas radio terlalu berfokus dalam sekadar pemutaran lagu. Jika hal ini diteruskan maka tentu radio akan kalah saing dengan podcast. Karena pemutaran lagu sudah bisa dilakukan oleh banyak platform lainnya.
Lagi-lagi berkaca kepada podcast, radio memiliki kelebihan dimana komunikasi terjadi secara dua arah dan lebih interaktif dibandingkan dengan podcast yang komunikasi nya hanya bersifat satu arah. Hellen Katherina selaku Executive Director Nielsen Media, menyampaikan bahwa alasan terbesar masyarakat Indonesia mendengarkan radio adalah karena rasa kesepian. Oleh karena itu radio akan memanfaatkannya dengan membuat program-program siaran yang lebih kreatif untuk menemani dan berinteraksi dengan pendengar. Sehingga pendengar akan merasa bahwa penyiar radio merupakan teman keseharian yang akan mengurangi rasa kesepian.
Berdasarkan data riset lembaga Nielsen kuartal III tahun 2017 jumlah pendengar radio di Indonesia sebanyak 62,3 juta orang. Rata-rata dari mereka mendengarkan radio selama 2,5 jam per hari. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Data tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa meskipun podcast masuk ke tanah air, jumlah pendengar radio masih berada di angka yang besar.
Podcast bukanlah ancaman melainkan peluang bagi radio. Begitu pula yang dikatakan oleh beberapa praktisi radio. Hanya saja tugas utama radio saat ini adalah memanfaatkan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya. Radio bisa memanfaatkan podcast sebagai alat refleksi untuk membenahi kualitas siaran.